Cara cepat sering kita dengar dalam penyelesaian matematika. Bahkan ketika ada soal yang penyelesaian sangat panjang biasanya siswa bertanya: "Ada cara cepatnya Pak?". Barangkali kita senang sekali dengan sesuatu yang instan sehingga penyelesaian matematikapun selalu menginginkan cara cepat. Cara cepat jelekkah? Gak juga sih. Baguskah? Mungkin saja. Sekarang perhatikan cara cepat di bawah ini!
Cara cepat yang kadang disebut smart solution memang sangat membantu dalam penyelesaian soal matematika secara lebih cepat dan kadang lebih mudah dari pada menggunakan cara biasa. Namun tidak selamanya cara cepat itu lebih mudah untuk menyelesaikan soal matematika. Kadang cara cepat bisa saja tambah bikin puyeng kepala kita.
Perhatikan 5 cara cepat di atas! Ada 5 cara cepat untuk menyelesaikan soal matematika yang berkaitan dengan membentuk persamaan kuadrat baru. Kelemahan cara cepat ini adalah kita dituntut untuk menghafal kelima rumus tersebut. Padahal kasus soal mengenai pembentukan persamaan kuadrat baru banyak sekali jenisnya. Belum tentu dalam soal ulangan atau ujian keluar soal model seperti itu. Bayangkan sudah capek-capek menghafal (walaupun untuk menanamkan rumus di otak kita tidak harus dengan menghafal), terus tidak muncul dalam ujian. Sia-sia kan?
Cara cepat sebagian memang bagus, namun cara cepat seperti di atas, saya tidak menyarankan digunakan, disamping kita "dipaksa" untuk mengingat banyak rumus, cara tersebut "tidak mengasah" logika berfikir yang merupakan roh dari matematika.
Cara cepat atau SMART SOLUTION itu adalah semacam penyederhanaan langkah bagi mereka yang sudah paham betul dengan konsep dasar, sehingga mereka tidak mengulang-ulang langkah yang sama setiap menyelesaikan soal-soal yang serupa. Sehingga tidak terjadi pemborosan waktu dan pengerjaan soal menjadi lebih efektif dan efisien.
BalasHapusNamun, bagi mereka yang belum cukup kuat dalam mengolah konsep dasar, cara cepat hanya akan menjadi sekadar hafalan tanpa makna.
Nah, maka dari itu, cara cepat adalah semacam tujuan akhir dari penalaran dan logika matematika dalam menyelesaikan soal. Nah, bagi siswa harus juga mampu mencoba menemukan jembatan yang menghubungkan antara konsep dasar dengan cara cepat, supaya cara cepat yang menjadi idaman tersebut menjadi lebih bermakna...
Contoh cara cepat yang tanpa sadar sering kita gunakan adalah:
- pindah ruas
- dikali silang
- dicoret-coret
- rumus perkalian sekawan (a+b)(a-b)
- dll...
Sangat setuju dengan Pak Anang. Intinya faham dulu dengan konsepnya, baru boleh menggunakan cara cepat.
BalasHapusKadang ada guru (tidak semuanya) guru hanya "Memberikan" rumus tanpa membimbing siswa proses penuruan rumus tersebut. Sehingga rumus yang diberikan jadi kurang bermakna. "Memberikan" rumus biasa saja kurang bagus apalagi "memberikan" rumus cepat yang tanpa dipahami konsep dasarnya.
Yang perlu dilalukan oleh guru matematika:
1) Membimbing siswa "menemukan" sendiri suatu rumus atau konsep
2) Setelah faham benar baru cara cepat disampaikan. Menyampaikannya sebaiknya tetap ada proses penurunannya, baik secara induktif (dari beberapa contoh sebelumnya) maupun deduktif, sehingga cara cepat itu menjadi bermakna.
Menyinggung "pindah ruas", "kali silnag", "coret" dan lain2 itu juga cara cepat yang harus juga siswa diberikan pemahaman konsep dasarnya, sehingga siswa faham mengapa cara itu boleh digunakan. Bila gak faham konsepnya dikhawatirkan jadi salah dalam penerapannya.
Misalnya siswa sering melakukan "asal coret", yang penting ada yang sama ya dicoret.
Sekali lagi Terima kasih atas komennya dan saya banyak mengambil konten dari blog pak Anang, tentu saya tidak menghilangkan COPY RIGHT